Jika Anak Tak Sesuai Harapan



 Anak adalah anugrah dari Allah SWT, yang kehadirannya sangat dinantikan sepasang suami istri. Sebuah amanah besar, tidak hanya menjaganya tetapi juga memberikan keperluan jasmani dan rohaninya. Tetapi bagaimana jika anak tak sesuai harapan orang tua.

Tumbuh kembang anak bukan tumbuh begitu saja, apa yang anak rasakan dan belajar dari mulai dalam kandungan hingga tumbuh menjadi dewasa, Itu sangat berpengaruh kepada psikologis anak. Peranan orang tua adalah yang paling vital.

Dalam kaitannya dengan pola asuh orang tua, dari mulai hamil tingkat asupan gizi, stimulasi, kondisi fisik dan psikologis Ibu yang mengandungnya sangat berpengaruh untuk kecerdasan otaknya. Masa kanak-kanak, remaja dan dewasa.

Selektif mencari pasangan 

Memiliki anak adalah sebuah amanah yang besar, jauh sebelum terlintas untuk memiliki anak adalah bagaimana seorang laki-laki menemukan calon istri yang tepat yang akan menjadi pendamping, teman, partner kehidupan yang memberikan ketenangan lahir batin dan bersiap memiliki aset besar yang sangat berpengaruh dalam kehidupannya, masyarakat, negara dan umat.

Pemilihan calon suami atau istri mungkin diperlukan untuk mendapatkan bibit, bobot dan bebet yang unggul dan berkualitas. Kalau dalam Islam, sebelum seseorang menikah ada beberapa kriteria yang harus memenuhi kualifikasi agar mendapatkan lampu hijau menuju halal.

Dalam hadis HR. Bukhari Muslim dijelaskan 

Dari Abi Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Wanita itu dinikahi karena empat hal. Karena hartanya, nasabnya, kecantikannya, dan agamanya. Namun dari empat itu paling utama yang harus jadi perhatian adalah masalah agamanya. Maka perhatikanlah agamanya kamu akan selamat." 

Dari hadis diatas dapat disimpulkan, sebelum menikah hendaklah para calon suami istri memperhatikan hal tersebut. Seperti dipertimbangkan masalah harta nasab, kecantikan/ketampanan dan agamanya. Dan yang paling utama itu adalah agama, agar selamat dalam hal ini selamat di dunia dan di akhirat.

Memiliki istri yang salihah,yang bisa menjaga kehormatan suaminya ketika suami tidak berada dirumah dan wanita yang pemahaman agamanya kuat, tentulah lebih bisa mengendalikan diri dengan takut kepada Allah dalam segala hal. 

Begitu juga seorang suami yang takut dan taat kepada Allah, di saat bekerja di luar rumah akan senantiasa merasa dilihat Allah apapun yang dia lakukan, suami yang paham agamanya akan ada rasa tanggung jawab diri dan keluarganya disisi ALLAH karena mereka paham atas konsekuensinya ketika menikah.


Anak dan istri adalah musuhmu

Sebagaimana firman Allah swt dalam Qs. at-Taghabun ayat

“Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Dalam ayat tersebut dijelaskan anak dan istri sebagai musuh, dalam arti tindakan atau keinginan mereka tentang amal yang menjauhkan dari Allah misalkan ke inginan istri menyuruh suaminya untuk melakukan korupsi, atau anak yang menginginkan sesuatu yang menjauhkan dari beramal salih.

Sebagai seorang suami dan ayah harus bijaksana menyikapi, memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni. Menasehati dengan halus dan bersabar. Karena sabar adalah kunci yang mahal yang harus dimiliki orang tua sebagaimana perintah Allah SWT dalam Alquran Surah Thaha ayat 132.


Beberapa tips ketika anak belum bisa seperti yang diharapkan 

Pertama, mendidik anak adalah ibadah

Allah SWT memberikan rezeki anak adalah untuk ladang ibadah orang tua. Karena anak adalah amanah yang tidak semua orang diberikan kepada sepasang suami istri. Anak butuh bimbingan dan pendidikan dari orang tuanya, bahkan pendidikan pertama adalah dari Ibunya ketika dalam kandungan sudah dimulai. Mengajarinya menghafal doa dan surah dalam Alquran, setiap huruf akan mendapatkan pahala jariyahnya mengalir kepada orang tuanya kelak. Tidak bisa dibayangkan jika pendidikan kebaikan menghafal Alquran 30 Juz pahala yang akan orang tuanya terima betapa besarnya? 

Realita sekarang adalah orang tua hari ini membebankan pendidikan anaknya ke lembaga pendidikan agar membuat anaknya menjadi salih. Tetapi orang tua lupa tugas lembaga adalah orang tua kedua, yang pertama adalah orang tuanya, lupa mendoakan anak-anaknya menjadi salih dan salihah. Doa adalah senjata bagi orang beriman, berdoalah untuk anak-anak kita dengan ikhlas seperti yang dicontohkan oleh para Nabi dan Rasul.

Kedua, Sholat dan Sabar adalah penolongmu

Ketika anak tak sesuai keinginan orang tua, hendaklah sholat dan Sabar sebagai perisainya. 

Memiliki anak salih adalah dambaan semua orang tua dan juga harapan para Nabi dan Rasul. Tercatat dalam sejarah tentang kisah-kisah para Nabi dan anaknya. Dalam Alquran juga diabadikan dia para Nabi yang memohon agar diberi anak yang salih misalnya dalam Alquran Surah Al-Furqon ayat 38 dan Ibrahim ayat 40.

Dengan sholat adalah tiang agama, yang akan kuat ketika bahtera rumah tangga mengalami cobaan. Dan dengan sabar adalah langkah yang tepat untuk menyelesaikan masalah.

Anak adalah refleksi dari diri kita, ketika kita mau belajar anak juga belajar, ketika orang tua berupa menjadi salih anak juga mengikutinya. 

Tetapi terkadang lingkungan pertemanan, ketika anak mulai beranjak dewasa anak sudah mulai terpengaruh dengan teman yang menyebabkan anak mulai tidak nurut kepada orang tua. Bahkan dalam hadis dijelaskan "agama anak tergantung kepada temannya" sebagai orang tua harus mengingatkan anak-anaknya ketika bergaul dengan temannya yang baik agamanya.

Zaman sekarang berbeda dengan zaman dahulu, orang tua dulu mendidik anaknya bisa  dengan kekerasan, memukul dengan kayu, mencubit. Anak-anak bersyukur dengan pendidikan zaman dahulu yang menjadikan mereka sadar dan baik .

Namun, zaman sekarang sudah berbeda anak bukan hanya dididik oleh guru, dirumah minim pengasuhan orang tua. Melainkan, berganti dengan gadget, pengasuhan oleh sosial media. Kekerasan baik verbal non verbal bisa di suarakan lewat media, bullying sesama siswa atau tindakan guru kepada siswanya yang bisa terancam pidana membuat anak-anak sekarang tidak bisa disamakan dengan anak zaman dahulu.


Mendidik anak zaman skrg ibarat memasak daging dengan api yang kecil, agar dagingnya matang sempurna tetapi juga dengan menggunakan api yang kecil. Harus benar-benar sabar dan menguji kesabaran orang tua.

Ketiga, tidak menetapkan target yang tinggi tinggi

Kapasitas anak menyerap ilmu dan memiliki sumber daya yang berbeda-beda. Setiap anak memiliki keunikan dan keunggulan sendiri-sendiri. Sebagai orang tua harus memahami itu ketika anak belum bisa mencapai apa yang ditargetkan, teruslah diberikan motivasi agar anak terpacu dan tidak minder dengan pencapaiannya. Bukankah nilai raport bukan salah satu tokok ukur anak itu sukses dimasa depan? 

Fokus saja pada keunggulan yang dimiliki anak, tetap sabar dengan memperbaiki kekurangan-kekurangan di hal lainnya. Anak akan merasa dihargai, dianggap mampu, bukan sesuatu yang tidak mungkin jika suatu saat akan sukses dari hal yang tidak ia mampu lakukan. Tetapi, karena kesabaran orang tua membuat anak yakin bisa melakukan pekerjaan yang dulu dianggapnya sulit.

Keempat, tidak membandingkan anak

Setiap anak memiliki karakter, kepintaran yang berbeda-beda. Sebagai orang tua jangan sampai memperlihatkan keunggulan anak satu ke anak yang lain, atau bahkan membandingkan dengan saudaranya atau anak-anak lain karena bisa membuat anak minder.

Alih-alih ingin memotivasi anak dengan pencapaian di masa dulu " Ibu dulu anaknya pinter, rajin." Kalimat itu terkadang bukan menjadikan anak bangga dan termotivasi, tetapi justru membuat anak minder karena dia belum seperti yang orang tua inginkan.

Terkadang anak merasa tidak berharga, apalagi kalau anak tidak pernah diapresiasi apa yang selama ini ia lakukan meskipun itu kecil tetapi berdampak besar untuk psikologis si anak. Sehingga, orang tua diharapkan untuk bijaksana dalam memotivasi anak untuk bisa menjadi dirinya sendiri dan hebat dengan kelebihannya.











Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dalam Kenakalan Anak Ada Kecerdasan

3 Stimulasi Dasar yang Harus dimiliki Orang Tua

Kesehatan Mental: Realitas yang Sering Dikaburkan